04/09/00
Zona Erotis UGM
UGM yang selama ini identik dengan mahasiswa dengan segala kegiatannya, ternyata juga
mempunyai cerita lain sebagai zona bebas pacaran. Terutama jika senja mulai menjelang,
banyak pasangan menghabiskan waktunya di kampus biru ini.
Pernahkah anda berjalan-jalan dalam wilayah kampus UGM, mulai dari Fakultas Teknik di
sebelah barat, sampai ke Fakultas Peternakan di sebelah timur saat malam hari? Di waktu
seperti ini, suasana UGM berubah total. Lingkungan kampus seakan-akan menjadi seperti
surga bagi mereka yang berpacaran.
Banyak yang menyatakan bahwa ini disebabkan oleh suasana UGM sendiri yang cukup
mendukung. Area yang luas, tentu saja menyebabkan banyak sudut yang sulit terkonrol. Belum
lagi banyaknya pepohonan atau tumbuhan yang menutupi tepi jalan. Suasana menjadi makin
romantis dengan lampu-lampu temaram yang ada di sepanjang jalan. "Iya, wilayah UGM
memang sangat romantis. Kesannya eksotik, " kata Vira, mahasiswa UPN asal Surabaya
yang sering juga lewat daerah UGM di malam hari.
Merusak Citra
Area yang paling ramai digunakan pasangan untuk memadu kash itu antara lain daerah lembah
UGM, sekitar stadion madya, Fakultas Teknik dan terutama sekitar Graha Sabha Pramana
sampai Boulevard. Selain mengobrol, terkadang ada juga pasangan yang nekat untuk
bermesra-mesraan di wilayah yang termasuk tempat umum tesebut.
Bahkan ada yang menunjukkan kecenderungan erotis. Saat Bulaksumur
Pos menelusuri, kira-kira jam 10 malam, memang ada pasangan yang benar-benar mencari
tempat di pojok yang gelap serta jauh dari jangkauan orang. Saat dihitung, dari depan
gelanggang sampai lapangan Graha Sabha, jumlahnya ada empat belas pasang!
Sebenarnya aktivitas 'erotis' ini tidak hanya berlangsung di malam hari, di siang
hari pun dapat dengan mudah ditemui, tapi kuantitasnya yang tidak sebesar di malam hari.
Fenomena ini sebenarnya sangat disayangkan karena banyak yang kemudian memanfaatkan kampus
di waktu malam sekedar untuk pacaran.. Benny, Mahasiswa program Ekstensi Fakultas Teknik
Mesin mengatakan bahwa ia benar-benar tidak terima kalau di wilayah UGM digunakan sebagai
tempat pacaran "Hal seperti ini akan dapat merusak citra UGM," katanya
berargumen.
Hal yang senada juga diungkapkan oleh Luki, Mahasiswa Fakultas Hukum angkatan '99.
Ia menyatakan bahwa pihak UGM harus mengambil tindakan tegas terhadap fenomena ini.
"Pihak UGM paling tidak harus mengeluarkan kebijakan ataupun statement resmi yang
melarang tindakan-tindakan seperti ini, karena walaupun yang pacaran itu bukan mahasiswa
UGM , tapi karena terjadinya di dalam wilayah UGM, maka orang luar akan berpandangan bahwa
daerah UGM sama sekali tidak mencerminkan sebagai wilayah pendidikan.."
Pernyataan Luki dibenarkan oleh salah satu staf satpam UGM. Memang
pasangan-pasangan yang berpacaran dalam wilayah UGM tersebut kebanyakan orang di luar UGM,
tapi sekali dua kali ada juga mahasiswa UGM ditemukan berpacaran di sini. "Tapi kita
tetap tidak bisa mengambil tindakan tegas terhadap mereka. Paling cuma kita peringatkan
saja." tambahnya
Tapi sejak akhir tahun 90-an, fenomena pasangan yang berpacaran di UGM tidak
'sengeri' di masa lalu, khususnya di pertengahan tahun 80-an. "Sekarang ini sudah
mendingan. Meski masih banyak, tetapi jarang ada yang sampai 'buka-bukaan'. Kalau dulu
lumayan sering, karena memang masih banyak area kosong. Sekarang kan sudah banyak gedung,
" kata Pak Soewondo, staff satpam UGM.
Sulit Dicegah
Pihak UGM sendiri, melalui satuan keamanannya sebenarnya telah melakukan beberapa macam
cara untuk mencegah pasangan-pasangan yang berpacaran di dalam area UGM. Langkah yang
telah diambil adalah antara lain dengan melakukan patroli. Patroli ini tidak dilakukan
secara periodik sesuai jadwal yang sudah ditentukan sebelumnya, melainkan hanya dilakukan
secara kondisional tergantung dari kebutuhan dan situasi
Apabila dalam patroli didapati pasangan yang sedang "beraksi" (yang
dirasa melebihi batas kewajaran, tentu saja ) maka ada beberapa kemungkinan tindakan yang
dapat diambil oleh satpam. Yang paling ringan hanya diperingatkan dan diperintahkan untuk
pergi, tapi kalau yang sudah melewati batas-batas kewajaran tadi, mereka akan dibawa ke
kantor polisi jaga tapi tidak sampai ditahan, mereka hanya akan diperingatkan dan diminta
untuk tidak mengulangi perbuatannya.
Pak Wondo bahkan punya kisah unik tentang hal ini. Kalau tak salah tahun 1986, ia
dan kawan-kawannya 'menemukan' pasangan yang berbuat terlalu berani. Akhirnya, karena
kesal, setelah dari kantor polisi ia menyerahkan pasangan tersebut ke Ketua RT di tempat
tinggal si perempuan. Di sana ia menyarankan agar kedua remaja tesebut dinikahkan saja.
"Malah jadi semacam penghulu, " kata Pak Wondo.
Meski telah dilakukan berbagai langkah, tetap saja banyak pasangan berdatangan.
Mereka tidak merasa khawatir terhadap razia petugas. Contohnya, seperti yang dikatakan
salah satu pasangan yang sempat ditemui Bulaksumur Pos, tapi tidak mau menyebutkan
namanya. Ia malah tidak tahu akan ada razia bagi pasangan-pasangan yang berpacaran di UGM.
"Saya di sini hanya mampir, karena menunggu dimulainya balapan di ring road barat,
jadi untuk apa saya khawatir?" tambahnya. (wowok) |