10/10/00
Menunggu Kampus Jadi Pusat Bisnis
Menjelang otonomi kampus, UGM sibuk berbenah. Berbagai potensi usaha digali untuk menopang finansial kampus. Kampus pun mulai berbisnis. Katanya, hal ini diupayakan agar SPP tidak melambung tinggi.
Sisi Finansial Kampus
Dengan alasan untuk mendukung otonomi kampus dari sisi finansial, PT. Gama Multi Usaha Mandiri (GMUM) didirikan pada tanggal 24 Juni 2000. PT GMUM ini berada di bawah Yayasan Universitas Gadjah Mada. "Karena status UGM sebagai lembaga pendidikan, maka tidak boleh mendirikan PT (Perseroan Terbatas) sehingga UGM mendirikan yayasan," ungkap Mas'ud Machfoedz, Pembantu Rektor II UGM sekaligus merangkap Presiden Direktur PT. GMUM.
Menurut Mas’oed, tujuan didirikannya PT GMUM adalah membantu UGM secara finansial untuk mewujudkan tridharmanya bila otonomi kampus diberlakukan. Pada saat otonomi, bantuan keuangan pemerintah pusat akan dikurangi dan bentuknya berubah menjadi blockgrant (bantuan murni). Konsekuensinya, pemerintah memberikan kesempatan kepada perguruan tinggi untuk mencari sumber dana sendiri. Sampai saat ini belum banyak yang dilakukan PT GMUM. Hal yang dilakukan masih dalam tahap manajemen aset, yang berarti menginventarisasi seluruh kekayaan yang dimiliki UGM. "Ternyata UGM itu luar biasa kaya, tetapi kekayaan itu masih banyak yang belum diurus," tambah Mas'ud Machfoedz. Sebagai pekerjaan pertamanya, PT ini menginventarisasi semua kekayaan yang dimiliki UGM untuk didayagunakan sehingga menghasilkan uang untuk mendukung pendidikan.
Antisipasi Kenaikan SPP
Dengan PP No. 61/99, perguruan tinggi menjadi suatu badan hukum yang mandiri sehingga dapat mendirikan unit usaha untuk mendukung dari segi finansial. Salah satu sumber dana untuk mewujudkan itu adalah pendirian PT GMUM. Pihak universitas mencari jalan untuk membiayai kegiatan akademik tanpa menaikkan SPP. Sehingga sumber dana tersebut berupa pemanfaatan aset yang dimiliki UGM dan hasil unit usaha di bawah PT ini.
"SPP jangan sampai memberatkan. Kebanyakan mahasiswa UGM itu datang dari keluarga biasa, tidak seperti mahasiswa UI atau ITB," jelasnya. Keuntungan yang diperoleh dari usaha ini nantinya akan diserahkan sepenuhnya pada UGM.
Cuma Modal Dengkul
Dana awal pendirian PT ini berasal dari para alumni yang berjumlah Rp. 350 juta rupiah, dan mendapat tambahan dari industri misalnya Caltex atau Bank Mandiri. "Total, jumlah dana awal sebanyak 10 milyar," kata Witjaksono. Seluruh saham dipegang oleh yayasan
UGM. Dengan modal yang ada, PT GMUM cukup optimis akan berhasil karena UGM memiliki kekayaan yang didukung oleh SDM yang handal. Sampai saat ini anak perusahaan telah mencapai 23 unit usaha dan tak menutup kemungkinan akan bertambah lagi. Dari 23 unit usaha itu, proyek yang sedang berjalan saat ini adalah pembangunan taman kupu-kupu, restoran apung di lembah, dan lapangan tenis indoor di lapangan tenis dekat lembah.
Pendirian PT ini hanya bermodal dengkul tidak ada modal yang banyak. Selain itu nama besar UGM layak dijual untuk membangun relasi dengan lembaga lainnya. Mitra kerja PT GMUM telah percaya meskipun tidak ada uang yang disetor. "Kita ingin memanfaatkan SDM dan SDA, sebagai modal awal. Kalau uang kita nggak punya, modalnya cuma kepercayaan dan kerjasama," tambah Witjaksono.
Ekspansi Berbagai Bidang
Ada tiga kegiatan besar yang akan dilakukan oleh PT ini berupa restrukturisasi, investasi baru dan kerjasama. Kegiatan restrukturisasi berupa pemanfaatan dan optimalisasi aset UGM yang telah ada misalnya persewaan Graha Sabha Pramana (GSP), Gedung University Centre (UC) dan rumah dosen di Bulaksumur. Saat ini pihak pengelola mencoba mempergencar promosi Graha Sabha Pramana untuk digunakan sebagai tempat pernikahan atau bahkan penyelenggaraan konser.
Investasi baru diarahkan pada pendirian usaha baru yang kelak dapat menghasilkan dana bagi universitas. Misalnya pendirian taman kupu-kupu, pemanfaatan tanah seluas 153 hektar di Mangunan sebagai tempat peternakan ulat sutra, restoran apung dan apartemen mahasiswa di daerah Kuningan yang khusus bagi mahasiswa S2 dan S3. Bahkan di utara Gedung BNI yang baru nantinya dibangun stasiun pompa bensin.
Filosofi bisnis PT GMUM adalah "science for bussiness and bussiness for science". Menurut Witjaksono, direktur PT GMUM maksud dari filosofi tersebut adalah berbisnis dengan tujuan mendukung science dengan mendukung penelitian, pendidikan dan pengabdian masyarakat. Sebaliknya, hasil yang didapatkan dari penelitian, dapat digarap sehingga bisa dibisniskan. Uang dari hasil bisnis ini dapat dimanfaatkan untuk menopang kegiatan perguruan tinggi.
Bisnis yang digeluti PT GMUM berbasis pada ilmu pengetahuan dan penelitian. Misalnya peternakan ulat sutra melibatkan tenaga ahli yang profesional sedangkan usaha tanaman obat melibatkan para peneliti dari Pusat Penelitian Obat Tradisional (PPOT). Dengan demikian, menurut Witjaksono, PT ini tidak ingin menjadi kapitalis tetapi untuk membantu rakyat kecil. "Yang saya maksud rakyat kecil adalah para mahasiswa," tambah Witjaksono.
Salah satu unit usaha yang akan segera bergabung dalam PT GMUM adalah PT Radio Swara Gadjah Mada. Menurut Mohammad Amirullah, direktur utamanya, sebagai sebuah industri radio, Swaragama memerlukan biaya operasional yang besar. “Kita butuh investasi dan tak ingin membebani universitas, maka kita bergabung saja,”
ujarnya. Selain untuk dibisniskan, proyek-proyek PT GMUM dapat dimanfaatkan oleh mahasiswa untuk melakukan penelitian. Mahasiswa tak perlu kesulitan lagi mencari tempat penelitian karena UGM telah memilikinya. Usaha untuk melibatkan mahasiswa juga dilihat dari penyediaan lahan berusaha. Untuk itu, di tanah sepanjang pintu masuk Fakultas Kehutanan akan dibangun kios yang nantinya akan disewakan pada mahasiswa. "Kami melihat potensi besar pada mahasiswa dalam hal berwirausaha. Bahkan, sekarang ini sudah ada yang mendaftar untuk menyewa kios," ungkap Arifin, salah satu staf PT GMUM yang juga mahasiswa fakultas Geografi.
Dani, mahasiswa Fakultas Kehutanan angkatan ‘99, menyatakan setuju dengan rencana pelibatan mahasiswa dalam proyek-proyek yang digarap oleh PT GMUM. “Dengan begitu, mahasiswa akan tahu bagaimana rasanya kalau langsung terjun ke dunia
nyata,” katanya. (Andari,
Dian-Bulaksumur). |