Seperempat SPP Untuk Bayar Listrik

Kalau Anda punya uang 300 juta tiap bulan, akan anda gunakan untuk apa uang itu? Membangun rumah, atau membuka usaha warnet? Di UGM, jumlah yang sangat besar itu, ternyata “hanya” digunakan untuk membayar tagihan listrik.

Akhir-akhir ini Universitas Gadjah Mada melalui Pusat Studi Energi sedang gencar-gencarnya mengkampanyekan gerakan hemat listrik. Stiker yang isinya seruan untuk mematikan lampu sebelum meninggalkan ruangan tertempel di setiap pintu, terutama di lingkungan gedung pusat dan birokrat fakultas.
Kampanye UGM hemat listrik itu terjadi bukan tanpa sebab. Beberapa waktu lalu, marak diberitakan oleh berbagai media bahwa UGM telah nunggak rekening listrik. Jumlahnya sangat besar pula. Menurut media tersebut, surat tagihan disampaikan PLN kepada Pemda DIY. Dan masalah ini, sempat pula dibicarakan dalam rapat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) DIY.
Namun, Pihak Rektorat cepat menanggapi pemberitaan tersebut. Bahkan Wakil Rektor Bidang Administrasi, Prof Dr Mas'oed Machfudz, langsung menggelar konferensi pers untuk menyatakan bahwa UGM tidak pernah nunggak rekening listrik. Berita itu dibantah pula oleh Dra. Sulistyawati, Kepala Biro Administrasi Keuangan. Menurut penuturannya PLN telah memberikan surat keterangan bahwa UGM tidak nunggak listrik.
Sukardi, pelaksana listrik UGM, juga menyatakan bahwa tidak benar jika UGM telah nunggak rekening listrik. Pihaknya yang diberi tugas untuk mendata tagihan rekening listrik merasa selalu membayar tagihan listrik ke PLN setiap bulannya secara teratur.

Membengkak
Namun Sulistyawati mengakui bahwa rekening listrik UGM memang membengkak. Mengenai terjadinya pembengkakan rekening listrik memang diakui Sulistyawati. Jumlah sebesar 300 juta tiap bulan termasuk angka yang menunjukkan bahwa UGM sangat boros dalam menggunakan listrik.
Dalam pembayarannya rekening listrik UGM terbagi menjadi lima bagian. Menurut data dari bagian perlengkapan untuk bulan Februari 2001, rekening dari fakultas-fakultas sebesar Rp 274.556.400,00. Gedung IUC UGM yang merupakan tempat penghitungan rekening listrik untuk gedung-gedung di sebelah utara MM UGM sebesar Rp 31.116.700,00. Gedung KP4 UGM yang merupakan lahan percobaan Fakultas Pertanian yang terletak di Kalasan berkewajiban membayar rekening listrik sebesar Rp 1.036.905,00, laboratorium Biologi UGM yang berada di Jl. Sultan Agung untuk bulan yang sama sebesar Rp 65.885,00. Sedangkan untuk Gedung Pusat tagihan listriknya sebesar Rp 1.192.600,00. Total untuk bulan Februari UGM membayar ke PLN sejumlah Rp 307.062.114,00.
Jika dirata-rata, selama tahun 2000, tagihan rekening listrik UGM sebesar 1,8 milyar per semester. Bila asumsi kita jumlah mahasiswa UGM adalah 30 ribu, dan SPP rata-rata adalah Rp 250.000,00 per semester, maka sebanyak 24% dari total SPP yang dibayarkan oleh mahasiswa digunakan hanya untuk membayar tagihan listrik. Atau dengan kata lain, tagihan listrik UGM selama 6 bulan harus dibayar oleh sejumlah 7200 orang mahasiswa. Ini tentu jumlah yang memprihatinkan.

Mekanisme Pembayaran
Kelistrikan UGM dicatu dari listrik PLN melalui Gardu Induk (GI) Farmasi 3465 kVA (100 A) dan GI PAU 1385 kVA (40A). Listrik tersebut didistribusikan ke berbagai fakultas dan fasilitas universitas melalui sistem tegangan menengah 20 kV dan 6 kV. Tegangan tersebut dengan menggunakan transformator diturunkan menjadi 380/220 V dan didistribusikan ke masing-masing unit pemakai.
Seluruh tempat di UGM, termasuk rumah dinas dan pusat studi membayar tagihan listriknya melalui universitas. Setiap bulannya tempat-tempat itu mengirimkan data besar rekening listrik ke universitas. Khusus untuk rumah dinas akan ditagih ke rumah setiap bulannya oleh petugas pelaksana listrik. Demikian pula Pusat-Pusat Studi, mereka membayar dengan dana sendiri, akan tetapi pembayarannya tetap dilakukan melalui UGM.
UGM sendiri, sebenarnya mendapat subsidi dari pemerintah untuk pembayaran listrik melalui OPF (Operasi Pemeliharaan Fasilitas) sebesar 1 milyar per tahun, mulai tahun 2001. Sebelumnya jumlah OPF ini mencapai 3 sampai 4 milyar per tahun. Namun selain untuk keperluan listrik, dana OPF digunakan juga untuk membayar rekening telpon, biaya dinas pegawai, air dan sebagainya.
Untuk memudahkan pelaporan rekening listrik dan koordinasi dari setiap fakultas maupun pusat studi, saat ini sudah ada web site tersendiri yang hanya bisa diakses oleh pelanggan. Karena password dari web site yang beralamat di www.listrik.ugm.ac.id itu hanya diketahui oleh pelanggan.
Pembengkakan tagihan rekening listrik secara tidak langsung mempengaruhi keberhasilan pendidikan. Setiap bulannya universitas harus mensubsidi fakultas untuk membayar tagihan rekening listriknya, kalau tidak uang SPP mahasiswa habis untuk membayar listrik. Untuk tarif listrik UGM sendiri termasuk tarif sosial bukan tarif rumah tangga atau tarif usaha yang berarti mendapatkan keringanan tarif.
Alia, Didik