log.gif (13574 bytes)
  Indeks  | Daftar Berita | Sapa Kami Pengelola

16/05/00
Tenaga Honorer UGM Digaji Terlalu Rendah

Ada sekitar 1000 tenaga honorer di UGM. Pekerjaan mereka beragam, ada yang khusus menangani pekerjaan tertentu ada juga yang serabutan. Tanggung jawabnya besar tapi gaji yang mereka dapat kecil. Sudjino, misalnya. Ia sudah 15 tahun menjadi tenaga honorer di Fisipol UGM, tapi hingga kini gajinya masih kecil. "Saya sudah lama bekerja di sini, namun gaji saya kalah jauh sama pegawai tetap, padahal tanggung jawabnya lebih besar," keluhnya. Selama ini ia mengaku harus bertanggung jawab atas empat laboratorium diploma komunikasi.

Nasib serupa dialami Ngadimin, tenaga honorer bagian pertamanan yang setiap hari membersihkan bagian selatan Gedung Pusat UGM. Penghasilannya tak terlalu besar, meskipun selain gaji pokok, mereka juga dapat uang lembur, bahan makanan, tunjangan hari raya dan insentif per tiga bulan.     Bila pegawai tetap yang statusnya pegawai negeri sipil (PNS) bisa bolos tanpa takut gajinya dipotong, tidak demikian dengan tenaga honorer. Mereka sangat tergantung dengan jumlah presensi. "Kalau nggak masuk, penghasilan bisa berkurang," ucap Ngadimin.

Penetapan jumlah gaji minimal bagi tenaga honorer di lingkungan UGM per Februari 2000 menunjukkan bahwa masih ada tenaga honorer yang digaji di bawah ketentuan upah minimal regional (UMR) DIY. Tenaga honorer golongan A yang hanya berijasah SD/SLTP misalnya, per bulan digaji Rp 98 ribu masih di bawah UMR DIY yang ditetapkan sebesar Rp 130 ribu. Tak jarang tenaga honorer mengajukan tuntutan kenaikan, tapi solusinya hanya 'ditampung'. "Tuntutan kita selalu terhambat dengan alasan birokratis," keluh Sudjino.

Saat dimintai keterangan, Kabag. Kepegawaian Fisipol, Sukarni, mengakui bahwa memang pernah ada tuntutan tapi ia juga harus melihat kondisi riil keuangan fakultas dulu. "Sebenarnya tak ada perbedaan perlakuan terhadap pegawai tetap dan honorer termasuk dalam pakaian seragam. Yang membedakan cuma ada NIP (nomor induk Pegawai) atau tidak," ujarnya.

Kalau ingin menambah penghasilan, pegawai honorer harus punya usaha sampingan. Sudjino misalnya, dengan penghasilan Rp 244 ribu per bulan, ia masih harus mencari tambahan untuk membiayai seorang istri dan 3 orang anak. Ia punya usaha kecilkecilan jual beli komputer. Namun usaha itu pun tidak terlalu menjanjikan. "Kalau untung, penghasilannya bisa lebih dari gaji saya namun bila nggak untung ya nggak dapat," ungkapnya. (Andari
)