log.gif (13574 bytes)
  Indeks  | Daftar Berita | Sapa Kami Pengelola
24/07/00
Apa kata mereka

Pergantian Dekan kali ini mengundang banyak kontroversi dari kalangan kampus UGM sendiri. Bagaimana pemikiran sekaligus harapan warga kampus tentang demokratisasi kampus?
  1. M. Mustafied, Mahasiswa Fak Filsafat Angkatan ‘95
    Proses demokratisasi di Indonesia ternyata tidak menyentuh ke kampus. Sebagai entitas yang katanya punya nilai plus dalam struktur negara, harusnya kampus lebih demokratis dan lebih independen menentukan nasib sendiri. Demokrasi kampus adalah cermin demokrasi nasional.
    Mahasiswa punya hak untuk mengontrol kerja dekan. Dalam pilar demokrasi harus ada kesepakatan antara yang diperintah dengan yang memerintah. Analogi ini harus diterapkan di fakultas.Mekanisme kontrol bisa dilakukan oleh mahasiswa dengan lembaganya, baik formal maupun informal.
  2. Ficky, Mahasiswa Fak Hukum angkatan ‘98
    Bagi saya, aneh sekali kalau sampai rektor membuat aturan pemilihan dekan tanpa sepengetahuan senat. Masa kerja eksekutif melebihi legislatif dan tidak ada balance di antara keduanya.
    Kalau rektorat melakukan intervensi terhadap pemilihan dekan di fakultas, tentu terbuka celah bagi tindakan-tindakan yang tidak konstitusional. Aku pikir mekanisme pemilihan dekan sekarang bullshit, tidak demokratis.
  3. Prof. Dr. Ir. Suhadi, M.Sc., Kandidat Dekan Fakultas Kehutanan
    Karena mahasiswa adalah elemen yang terbesar di kampus, jadi kita bisa saling terbuka. Reformasi bukan berarti apa-apa serba boleh, tetapi bagaimana kita kerja sama. Ini kejadian pertama seluruh dosen boleh memilih. Dari polling yang dilakukan mahasiswa pun, ternyata saya juga mendapat legitimasi dari mereka.

Ella