24/07/00
Apa kata mereka
Pergantian Dekan kali ini mengundang banyak kontroversi dari kalangan kampus UGM sendiri.
Bagaimana pemikiran sekaligus harapan warga kampus tentang demokratisasi kampus?
- M. Mustafied, Mahasiswa Fak Filsafat Angkatan 95
Proses demokratisasi di Indonesia ternyata tidak menyentuh ke kampus. Sebagai entitas yang
katanya punya nilai plus dalam struktur negara, harusnya kampus lebih demokratis dan lebih
independen menentukan nasib sendiri. Demokrasi kampus adalah cermin demokrasi nasional.
Mahasiswa punya hak untuk mengontrol kerja dekan. Dalam pilar demokrasi harus ada
kesepakatan antara yang diperintah dengan yang memerintah. Analogi ini harus diterapkan di
fakultas.Mekanisme kontrol bisa dilakukan oleh mahasiswa dengan lembaganya, baik formal
maupun informal.
- Ficky, Mahasiswa Fak Hukum angkatan 98
Bagi saya, aneh sekali kalau sampai rektor membuat aturan pemilihan dekan tanpa
sepengetahuan senat. Masa kerja eksekutif melebihi legislatif dan tidak ada balance di
antara keduanya.
Kalau rektorat melakukan intervensi terhadap pemilihan dekan di fakultas, tentu terbuka
celah bagi tindakan-tindakan yang tidak konstitusional. Aku pikir mekanisme pemilihan
dekan sekarang bullshit, tidak demokratis.
- Prof. Dr. Ir. Suhadi, M.Sc., Kandidat Dekan Fakultas
Kehutanan
Karena mahasiswa adalah elemen yang terbesar di kampus, jadi kita bisa saling terbuka.
Reformasi bukan berarti apa-apa serba boleh, tetapi bagaimana kita kerja sama. Ini
kejadian pertama seluruh dosen boleh memilih. Dari polling yang dilakukan mahasiswa pun,
ternyata saya juga mendapat legitimasi dari mereka.
Ella |
|