EDISI 37, 18 SEPTEMBER 2001

UGM Menuju Cyber Campus

Minimnya jumlah komputer di UGM yang connect internet, sistem administrasi yang masih manual dan juga sumber daya manusia yang sebagian besar masih belum "melek teknologi", kian memperpanjang daftar keprihatinan UGM di bidang Teknologi Informasi.

Namun, UGM mulai berbenah dan melirik beberapa proyek pengembangan di bidang TI (Teknologi Informasi). Pengembangan yang saat ini tengah diincar UGM salah satunya adalah intranet. Yaitu jaringan internal yang menghubungkan seluruh komponen universitas, mulai dari kantor pusat, fakultas-fakultas, pusat studi, hingga unit-unit pelaksana teknis (UPT). "Namun, ada kendala pada infrastruktur pendukung yang sangat terbatas saat ini, khususnya karena masih mengandalkan jaringan telepon”, ujar Dr. Ir. Sasongko Pramono Hadi, kepala UPT Pusat Komputer UGM. 5000 unit komputer Yang harus dikejar saat ini adalah pembangunan infra struktur. Kini sudah ada komitmen dari berbagai komponen di UGM yang terkait perihal TI untuk segera membangun jaringan tulang punggung yang menghubungkan unit-unit yang tersebar di UGM. Dan diharapkan awal tahun depan sudah mulai terpasang. Sasongko menambahkan, bahwa komitmen itu hendaknya dinyatakan dalam bentuk penganggaran yang jelas. "Jelas nilai maupun sumbernya yang mencakup dua hal tadi (infrastruktur dan sistem-red), serta pemeliharaannya,” lanjutnya. Kendala infrastruktur ini akan terjawab oleh rencana pembangunan jaringan berbasis fiber optic (serat optik). Kebetulan di sepanjang rel kereta Pulau Jawa telah terpasang serat optik. "Kenapa UGM tidak memanfaatkan hal itu?" kata Ir. Yudi Utomo Imardjoko, M.Sc., Ph.D Kepala Pusat Studi Energi yang bertindak sebagai pelaksana teknis proyek ini. "Proyeksi ke depan UGM akan menjadi server yang melayani kebutuhan internet seluruh DIY. “Targetnya 4 tahun mendatang seluruh warnet di DIY dan Jateng akan nyambung ke UGM. Tapi tahun depan proyek ini sudah bisa dilihat di UGM," kata Doktor lulusan Iowa State University ini. Jaringan serat optik ini akan sangat berguna bagi semua jenis komunikasi mulai dari internet, telepon, maupun informasi yang berbentuk visual. "Oleh karena itu PSE juga sudah meyiapkan konsep untuk membuat stasiun televisi sendiri,” lanjut Yudi. Sejauh ini investor yang telah setuju untuk membiayai proyek adalah PT Tri Patra Engineering. Perusahaan tersebut akan menginvestasikan uang sebesar Rp. 36 milyar dan 5000 unit komputer untuk mendukung proyek ini. Intranet di kantor pusat Meski pembangunan intranet seluruh UGM baru tahun depan, ternyata untuk lingkup kantor pusat telah dimulai dan rencananya akan beroperasi mulai Oktober mendatang. Demikian disampaikan oleh Sri Hidayah, Kepala Biro Administrasi, Perencanaan dan Sistem Informasi (BAPSI) UGM. Sekretaris tim pengadaan jaringan di kantor pusat, Suwarsilah, mengatakan, "Jaringan ini nantinya akan menghubungkan kelima biro yang ada di kantor pusat, sehingga apabila pimpinan universitas membutuhkan data dan informasi akan lebih mudah diperoleh. Begitu pula jika Kepala Biro maupun bagian-bagian biro akan mengakses data." Suwarsilah, yang juga Kepala Bagian Sistem Informasi BAPSI UGM, menambahkan bahwa rencana tersebut merupakan salah satu dari proyek UGM yang ditenderkan kepada pihak swasta. Proyek senilai Rp 181.248.000,00 ini diharapkan akan kian mendukung pengembangan TI di UGM. Untuk tahap selanjutnya tidak hanya Kantor Pusat yang masuk dalam jaringan intranet, namun seluruh tempat di UGM. Pemanfaatan intranet di lingkungan universitas bisa dalam bentuk teleconference, user group, e-library, KRS online (key-in) dan juga pelayanan publik lewat internet. "Pokoknya kalau rencana ini berjalan, manajemen universitas akan terdukung. Dan UGM akan mengarah pada cybercampus," ujar Sasongko. Bahkan kuliah jarak jauh dengan pemanfaatan teknologi internet (e-learning system/distance learning system) akan menjadi pilihan tersendiri yang peluangnya terbuka lebar. Student Internet Center Menyinggung keberadaan M-Web Student Internet Center, Sasongko mengatakan bahwa itu di luar rencana pengembangan tersebut. "Begini saja melihatnya, Puskom maupun UGM secara keseluruhan minim fasilitas akses internet. Dan kebetulan ada pihak lain yang memberikan kemudahan fasilitas, dalam hal ini M-Web," ujar Sasongko. Ketika dikonfirmasikan kepada Tri Kuntoro Priyambodo, penanggung jawab teknis M-Web Student Internet Center, diperoleh nada serupa. M-web masuk dengan tawaran komputer sebanyak 900 unit yang akan terpasang di empat titik yaitu UPT II Perpustakaan, Pusat Studi Korea, Fakultas MIPA, dan Psikologi. Kontrak dengan UGM berupa BOT (Built Operate Transfer) untuk 5 tahun. “Jadi aset yang ada akan menjadi milik UGM setelah masa kontrak habis,” lanjutnya. M-Web bisa diterima masuk ke UGM karena menurut Tri Kuntoro ada peluang UGM akan memiliki komputer gratis setelah lima tahun. Dengan komputer tersebut dapat dimanfaatkan sebagai laboratorium bagi mahasiswa yang memerlukan. Selain itu M-web juga masih harus membayar uang sewa sebesar Rp 20 juta perbulan. "Mahasiswa memperoleh kesempatan untuk akses Internet lebih gampang sehingga diharapkan mahasiswa UGM dapat melek teknologi," lanjutnya, "UGM juga akan memperoleh gedung baru di MIPA dan Psikologi." Meskipun hingga sekarang masih banyak yang menyayangkan seputar biaya akses sebesar Rp 4.000/jam yang tak beda dengan warnet-warnet di Jogja pada umumnya. Harga tersebut, menurut Tri Sasongko, karena manajemen pengelolaan Warnet tersebut adalah dibawah wewenang langsung M-Web atau dengan kata lain UGM tidak bisa campur tangan soal manajemen warnet.

Zaki, Guntur