Edisi
41 > 21/11/2001
Gue
Ngrokok Karena Gue Ingin
Perempuan merokok tampaknya menjadi fenomena yang tak sulit dijumpai.
Sering kita temui beberapa perempuan di kantin-kantin atau tempat
nongkrong kampus sedang merokok.
Termasuk
Age yang meminta namanya disamarkan, mengakui bahwa rokok selain
enak juga menimbulkan kesan santai. Alasan merokok buat mahasiswi
Fisipol angkatan 2000 ini cenderung karena sugesti. Banyak suasana
yang mendukungnya untuk merokok. "Kalau lagi hujan atau hawa
dingin kan kayaknya enak minum minuman hangat sambil merokok,"
katanya sambil menyulut sebatang rokok putih.
Awalnya Age merokok karena ikut-ikutan teman-temannya dan juga karena
alasan kepingin lain dari yang lain. Age memulai aktivitas merokoknya
sejak duduk dibangku SMA. Saat itupun teman-teman nongkrongnya tidak
ada yang tak merokok, selain penasaran dan takut dibilang nggak
gaul akhirnya Age pun tergoda untuk mencobanya lintingan tembakau
itu.
Age
memulai merokok secara sembunyi-sembunyi karena pacarnya saat itu
sangat tidak suka perempuan yang merokok selain itu memang takut
ketahuan orang tuanya dan anggapan miring masyarakat tentang dirinya.
Jadi Age melakukannya ketika nongkrong sepulang sekolah saja.
Saat
kelas 3 SMA Age sempat menghentikan aktivita merokoknya karena ia
mulai mengenakan jilbab. Age awalnya memang berniat untuk menghentikan
aktivitas merokoknya. Seperti persepsi orang-orang disekelilingnya,
saat itu ia menganggap perempuan merokok--apalagi berjilbab--tidak
enak dilihat. "Gue benernya masih pengen ngerokok, bukan buat
gaya, tapi kok kayaknya ada yang lain ketika gue nggak ngerokok,
tapi gue juga masih gimana gituu...kalo keinget-inget gue pake jilbab,"
katanya sambil menerawang dengan rokoknya yang sebentar lagi habis.
Rokok akhirnya mencandunya.
Selepas
SMA, Age yang anak Jakarta memilih untuk kuliah di Jogja. Otomatis
Age jadi lebih bebas karena jauh dari orang tua yang nun jauh di
Jakarta. Di sinilah aktivitas merokok Age dimulai lagi. Perang batin
itu kini sudah tidak ada lagi. Age merasa lebih jujur dengan dirinya
sendiri. "Awalnya emang piyee..ngono, tapi lama-lama jadi biasa,
ya..gue mencoba luweh aja, lagian lingkungan tempat gue maen kayaknya
biasa-biasa aja tuh.. " katanya dengan logat sok jawa. Namun,
Age sampai saat ini enggan kalau disuruh merokok di kawasan kampusnya.
Ketika ditanya alasannya, "gue ngerokok liat suasana juga,
kampus kayaknya bukan tempat yang cocok buat ngokar (bahasa trendy
dari merokok-red)," jawab Age yang mengaku tidak terlalu suka
nongkrong di kampus.
Ketika
ditanya tentang bahaya merokok untuk kesehatan, ia mengaku ngeri.
"Iya sih, sempet kepikiran juga, tapi ya itu tadi gue luweh
aja. Gue nggak pernah takut kalau nanti nggak punya anak. Gue merasa
itu kan urusan Tuhan. Banyak perokok berat yang nyatanya justru
punya anak, ada juga perempuan-perempuan normal yang bersih dari
nikotin eh..malah nggak punya anak. Tapi gue sebagai perempuan normal
tetep pengen lah punya anak. Dan geu tau someday gue emang harus
berenti ngokar. Tapi nggak tau kapan..hehehe.." katanya sambil
ketawa lepas.
Age
mengakui bahwa ia tidak punya anggaran khusus untuk merokok. "Kalo
ada duit gue mesti beli, tapi alhamdulillah sampe saat ini gue nggak
pernah terbentur ama duit. Selalu ada. Tapi ya..kalo bokek banget
paling gue minta ama temen" katanya. Age juga cerita bahwa
ia pernah mencoba beberapa macam rokok dari mulai A Mild King Size,
Bentoel, Gudang Garam, Dji Sam Soe sampai rokok import Capri yang
terkenal sebagai rokok gay. Namun diantara beberapa macam rokok
yang perah dicobanya dia cocok dengan Marlboro Lights. Dan ia bukan
tergolong perokok berat, sebungkus Marlboro isi 20 bisa habis dalam
3-4 hari.
Age
sadar betul bahwa pandangan orang akan miring terhadapnya juga akan
jilbabnya. "Beberapa teman emang ada yang keberatan ketika
saya ngerokok tapi saya kembali lagi sama pilihan saya. Saya hanya
nggak pengen hidup saya jadi sangat terbatas dengan jilbab yang
saya kenakan bukan berarti saya nggak menghargai keberadaan perempuan-perempuan
lain yang berjilbab dan memberikan kesan buruk akan jilbab yang
saya pakai. Ketika berhadapan dengan mereka atau siapapun yang keberatan
saya merokok, saya nggak akan merokok" tegasnya. Dia juga tidak
suka merokok didalam bis atau kendaraan umum lainnya. "Itu
jelas mengganggu kenyamanan orang lain.
***
Merokok
biasanya diidentikkan dengan aktivitas populer maskulin. Banyak
pria yang beranggapan merokok dapat membangun kesan jantan dan gagah.
Berbeda halnya dengan perempuan. Merokok bukan dianggap bukan sesuatu
yang lazim dilakukan oleh perempuan, karenanya perempuan yang merokok
dianggap sebagai ciri khas yang akan membedakan mereka dari perempuan-perempuan
yang tidak merokok.
Nuraini
Juliastuti dalam Newsletter KUNCI Edisi Remaja, Gaya dan Selera
bahwa permasalahan perempuan merokok hanya pada nilai yang selama
ini terlanjur terbangun pada beberapa kelompok masyarakat: perempuan
perokok kerap dihubungakan dengan stereotip buruk dan mendiskriditkan,
bukan perempuan baik-baik, urakan, dsb. Age memandang masalah ini
lebih netral, "siapapun berhak punya persepsi dalam hal ini,
gue tentu aja nggak bisa bilang setuju nggak setuju begitu aja gue
nggak mau orang berpikiran gue nganggep teman-teman yang kontra
akan realitas ini norak, kolot, nggak liberal, dlsb.so, biar aja
mereka dengan persepsi mereka masing-masing." kata Age sebelum
pamit untuk sholat Ashar.
Nissa
|