EDISI
39, 02 OKTOBER 2001 |
Penerbitan
Buku Ala Philosophy Press
Selama
ini penerbit buku selalu dianggap banyak merugikan penulis. Untuk itulah
Philosophy Press hadir.
Cerita lama
penulis buku selalu mengalami kesulitan saat hendak mempublikasikan tulisannya.
Umumnya kesulitan yang terjadi disebabkan oleh arogansi penerbit buku.
Persoalan yang sering muncul misalnya tentang lamanya proses penerbitan.
Seorang penulis biasanya harus menunggu berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun
agar bukunya bisa diterbitkan. Masalah lain adalah keharusan penerbit
menyunting buku habis-habisan. Konon penerbit melakukan ini hanya demi
kepentingan pasar. Pendeknya, buku yang diterbitkannya harus sesuai dengan
selera pasar. Celakanya proses sunting-menyunting ini sering bikin penulis
makan hati. Karena terlihat penerbit menjadi lebih pintar ketimbang penulisnya
sendiri.
Penerbit
Bermartabat
Dilandasi semangat memudahkan penulis dalam mempublikasikan karyanya,
Philosophy Press hadir. Adalah Purwadi, seorang doktor filsafat UGM, yang
mempelopori kemunculan Philosophy Press. Ketika itu, terbersit keinginan
di otak Purwadi untuk mendirikan Penerbitan Buku yang menghormati penulis.
Singkatnya sebuah penerbitan yang mampu mengolah naskah dengan cepat.
"Saya terpikir membuat penerbitan yang bermartabat, tidak membuat
penulis terkatung-katung tidak jelas demi menunggu naskahnya terbit,"
ujar Kang Pur, sapaan akrab Purwadi.
Kang Pur mengaku bahwa ia sempat mempelajari cara kerja penerbitan buku.
Menurutnya, kerja penerbitan sebenarnya sangatlah mudah, "Apa yang
dikerjakan penerbit biasa berbulan-bulan sebenarnya bisa dikerjakan cukup
3 minggu saja." Jadi Kang Pur merasa tidak masuk akal kalau penulis
harus berlama-lama menunggu, "Ini bisa menghambat semangat penulis
untuk terus berkarya," serunya santai.
Menyadari kenyataan itu, Kang Pur kemudian meminta naskah dari beberapa
temannya. Dengan proses beberapa minggu saja, buku-buku itu segera diterbitkan.
Kemunculan beberapa naskah berlabel Philosophy Press dalam waktu singkat
membuat penerbitan Kang Pur ini meroket. "Dalam 1 bulan saja, kami
bisa menerbitkan 3 sampai 4 buku. Ini rekor besar," katanya bersemangat.
Meroketnya Philosophy Press menarik perhatian ba-nyak pihak. Termasuk
sa-lah satunya ialah Sekretariat Negara (Setneg). Mereka sampai datang
ke fakultas filsafat untuk mencari terbitan Philosophy Press. Lucunya,
karena belum punya ruangan, Philosophy Press tak pernah ditemukan. Kejadian
ini menggugah Dekanat Fakultas Filsafat. Philosophy Press yang selama
ini dikelola secara sederhana rupanya perlu mendapat perhatian lebih.
"Penerbitan ini saya kelola secara OTB (Organisasi Tanpa Bentuk-red)
saja. Nyatanya bisa berhasil kok," ujarnya sambil mesem-mesem. Sebagai
bentuk perhatian, kini Dekanat Filsafat telah mengangkat secara resmi
Kang Pur sebagai Direktur Philosophy Press. Selain itu Dekanat juga menyediakan
sebuah ruang kerja untuknya.
Iuran Gotong
Royong
Di samping perhatian pihak luar yang menginginkan buku terbitan Philosophy
Press, para dosen UGM juga tertarik kehadiran penerbit alternatif ini.
Dosen UGM selama ini juga sering mengalami kesulitan ketika berurusan
dengan penerbit. Terutama bagi dosen UGM yang belum populer. Apalagi para
dosen UGM belum memiliki wadah dimana mereka bisa mempublikan karya ilmiahnya
dengan mudah.
"Dengan adanya penerbitan ini, semua dosen jadi bersemangat untuk
menulis," kata Kang Pur penuh semangat. Ia juga menyatakan bahwa
saat ini saja telah banyak dosen yang mengantri agar karyanya dibukukan
dan segera dipublikasikan, "Ada 16 buku yang harus terbit dalam kurun
waktu September-Oktober 2001."
Yang menarik dari penerbitan Philosphy Press adalah adanya mekanisme iuran
bagi para penulis yang ingin karyanya dipublikasikan. Menurut Kang Pur,
iuran ini adalah semacam dana gotong-royong untuk memenuhi keperluan penerbitan,
"Jumlahnya beragam tergantung kesepakatan bersama." Saat ditanya
kemungkinan diterbitkannya naskah penulis yang tidak mampu menyediakan
iuran, Kang Pur mengatakan, "Semuanya bisa dirembuk, sama-sama enaklah,
pokoknya semuanya terhormat."
Untuk ke depannya, Philosophy Press terus bercita-cita untuk menerbitkan
banyak karya ilmiah para dosen UGM. Yang jelas Philosophy Press akan tetap
bertahan dengan visinya sebagai penerbit yang bermartabat. "Jelas
kami akan selalu menjadi penerbit yang tercepat, terbaik kualitasnya,
dan tentu terhormat bagi penulisnya," seru Kang Pur berpromosi.
Ganesha
|