EDISI 38, 25 SEPTEMBER 2001

PERLUKAH CEPAT LULUS ?

Tuntutan untuk cepat lulus memang datang dari berbagai pihak. Mulai dari keluarga, pacar hingga universitas yang kerap melakukan pengetatan masa studi. Namun, benarkah cepat lulus berarti seorang sarjana memiliki kematangan intelektual dan kematangan pribadi?

Berikut paparan para peserta sarasehan bertema "Perlukah Lulus Cepat?", salah satu rangkaian acara Gelanggang Expo yang berakhir Senin kemarin. Sarasehan ini menghadirkan Ir. Bambang Kartika (WR III), Ir. Tony Attyanto Dharoko (ass WR I), dan Mas Hasto, mantan aktivis gelanggang, sebagai narasumber.
"Tentu mahasiswa harus cepat lulus," ungkap Tony dalam pembukaannya. Menurutnya, UGM dalam era otonomi kampus siap berkompetisi secara global. Salah satu tolok ukur mutu akademiknya adalah masa studi. Apabila UGM berhasil meluluskan sarjana dalam tempo cepat, maka citra UGM terangkat serta siap dalam persaingan kompetisi global saat ini.
"Globalisasi tidak bisa dihadapi dengan demo" tambah Tony. Mahasiswa dituntut lebih giat belajar dengan memanfaatkan media internet dan perpustakaan. "Ingat, universitas bukan satu-satunya tempat untuk menuntut ilmu," dia menambahkan.

Cepat lulus itu tidak perlu !
Sarlin, mahasiswa Teknik, salah seorang peserta sarasehan berangapan bahwa cepat lulus tidak menjamin mahasiswa memiliki kematangan. Sebab bila ditinjau lagi, lulus cepat berarti mahasiswa hanya berkutat dengan kesibukan yang berhubungan dengan hal akademis. Padahal banyak kegiatan mahasiswa lain yang dapat menambah pengalaman.
Menurutnya, seorang sarjana tak cukup hanya mengandalkan gelar yang didapatkan dalam tempo singkat. Karena Ia juga dituntut memiliki kemahiran dalam berorganisasi atau keterampilan lain yang jelas sulit didapat dari kuliah. "Tertunda 1 atau 2 tahun nggak masalah kok, " ujar mantan aktivis Gelanggang Mahasiswa, Mas Hasto yang disambut tepuk tangan oleh peserta sarasehan.

Kuliah dan kegiatan ekstra
Dalam forum sarasehan ini, Wiwin, peserta sarasehan lainnya, turut berbagi pengalaman. Sebagai mahasiswa yang lulus dalam tempo 3 tahun 7 bulan, Wiwin selain sempat kuliah di Psikologi, ia memiliki kesibukan di UKM Marching Band. Ia mengaku sempat mengalami kesulitan membagi waktu antara kuliah dan Marching Band.
Ia menegaskan bahwa kegiatan yang digelutinya di Gelanggang memberinya pengalaman berharga. "Di sini saya mesti berinteraksi dengan banyak orang dengan berbagai karakter," imbuhnya. "Selain kualitas intelektual, mahasiswa diituntut memiliki kemahiran berinteraksi, istilahnya keterampilan sosial," tambahnya lagi

Lulusan yang ideal ?
Ketika berbicara soal lulusan yang ideal Mas Hasto menandaskan, "Kelemahan alumni UGM adalah tidak punya kepercayaan diri!" Bambang pun menyampaikan hal senada. "Kita memiliki kelemahan saat berhadapan dengan para penanam modal asing maupun penanam modal dalam negeri." Ia juga menambahkan, alumni UGM kemampuan berargumennya rendah. Sebenarnya, problema klasik tersebut dapat diatasi apabila lulusan UGM memiliki kematangan intelektual dan kematangan pribadi. Masalahnya, kematangan pribadi tidak dibentuk dari ruang kuliah. Mahasiswa mesti mematangkan diri lewat UKM sebagai salah satu wadah pengasah kepribadian.
Perlukah cepat lulus? Memang pertanyaan tersebut menjadi hak tiap pribadi untuk menjawab. Karena kelulusan merupakan salah satu fase dari kehidupan seseorang untuk menentukan akan menjadi apa dirinya dan bagaimana merencanakan jalan hidupnya. Itu pula yang disampaikan Tony, "Untuk menjawab pertanyaan ini terserah pada saudara-saudara karena anda yang berhak menjalani masa studi." Bagaimana dengan anda?

Gali