log.gif (13574 bytes)
  Indeks  | Daftar Berita | Sapa Kami Pengelola

 Yang Tertua di UGM
        

Gedung Tertua
Gedung Pusat UGM Nan Kokoh

        Benda yang selalu dijadikan trademark UGM adalah Gedung Pusat. Pilihan ini tak salah, sebab gedung pusat melambangkan UGM sebagai universitas legendaris.
Gedung Pusat dibangun sejak tahun 1951. Ide dasarnya dari Bung Karno (Presiden I RI), lalu disempurnakan 3 insinyur, Ir. Prabudiningrat, Ir. Urip, dan seorang lagi dari Jakarta yang tak terlacak namanya. Konon desainnya berkiblat ke Universitet Lomonossow, Moskow, Rusia. 
Tahun 1959, Bung Karno meresmikan gedung ini. Hingga hari ini gedung ini telah menjadi saksi sejarah. Dari kuliah, aksi puluhan ribu orang menuntut Suharto turun, sampai sekedar tempat pacaran sampai aksi puluhan ribu orang menurunkan Suharto.

Pohon Tertua
Berharap Berkah Pohon Abadi

        Banyak yang percaya ada pohon yang mempunyai kekuatan magis dan membawa berkah. Tampaknya, para pendiri Gedung Pusat punya harapan sama ketika memilih menanam pohon bodhisatya di depan Gedung Pusat. Ini adalah pohon pertama yang ditanam resmi di lingkungan UGM. Usianya 46 tahun.
        Konon, pohon ini diambil dari halaman Candi Borobudur. Pohon yang sering disebut sebagai pohon kehidupan itu, kini menaungi halaman Gedung pusat hingga terlihat rindang. 
Prof. Dr. Teuku Jacob, mantan rektor UGM, punya cerita khusus tentang pohon ini. Beberapa tahun yang lalu pohon itu terserang parasit dan menjadi kering, daunnya jatuh berguguran. Namun beberapa saat, perlahan pohon itu menjadi rindang dengan sendirinya.
        Seorang Satpam Gedung Pusat bertutur, selama bertugas belum pernah menemui hal-hal aneh pada pohon tersebut. Tapi ada cerita, yang berpacaran di situ, sering mendengar suara “kakek” terbatuk-batuk!

Kantin Tertua
Mengenal SGPC Bu Wiryo Yang Bersejarah

        Salah satu kebutuhan mahasiswa UGM yang utama dan mengalahkan kebutuhan lainnya adalah soal makan. Nah, kalau anda ingin menikmati Nasi Pecel sederhana, enak, dan pastinya “bersejarah“, coba saja Warung Sego Pecel (SGPC) Bu Wiryo! SGPC Bu Wiryo pertama kali berdiri tahun 1958 atas usaha keluarga Ibu Suyati Wiryosumarto. Saat itu kantinnya berada di utara Laboratorium Kedokteran Hewan UGM di bilangan Karang Malang. 
        Pada periode 60-an mahasiswa mulai menamainya sebagai SGPC (Sego Pecel). Belakangan, lokasinya berpindah ke sebelah timur gedung pusat dengan tambahan menu seperti sop daging. 
Sejak tahun 1988 lokasinya pindah ke tempat yang sekarang, utara fakultas Peternakan. 51 Tahun UGM mendidik bangsa, 42 tahun SGPC Bu Wiryo mengenyangkan!

Mbah Bardjo
Dekan Fakultas Gelanggang’

        Setiap tahun wajah penghuni 'Fakultas Gelanggang' terus berganti. Namun semua generasi mahasiswa yang aktif di sana pasti menemukan Mbah Bardjo yang siap melayani kebutuhan mereka sejak gelanggang didirikan tahun 1975. 
        Pria kelahiran Gunung Kidul tahun 1936 ini, mengawali karir pada tahun 1954 sebagai tukang kebun di Asrama Dharma Putra, bermodalkan ijazah Sekolah Rakyat. Walau di tahun 1998 memperoleh SK pensiun, ia tetap dipercaya untuk ikut mengurus gelanggang bersama para yuniornya. Mulai dari kebersihan lingkungan dan menjaga motor yang terparkir di halaman gelanggang menjadi rutinitas harian Mbah Barjo.
        Aktivis gelanggang pun sering menyebut Mbah Bardjo sebagai ‘Dosen Fakultas Gelanggang’. Rasanya, lebih tepat Dekan’, ya?

Bus Tertua
Balada Si Jago Kembar Ford

        Kalau saja setting film Nicolas Cage Gone In 60 Seconds di UGM, maka 2 bus kembar UGM bernomor AB 937 E dan AB 938 E pasti menjadi kendaraan utama yang masuk dalam daftar curi. Bus buatan Ford tahun 1980 bantuan Presiden ini telah banyak berjasa dalam melayani kebutuhan seluruh civitas akademika.
        Layaknya barang tua, bus kembar ini telah menorehkan banyak cerita. Pak Bani, salah satu supir bus kembar ini mengatakan bus ini punya banyak kenangan. "Pernah suatu malam mesin, lampu, dan klaksonnya nyala dan berjalan sendiri tanpa supir," ujarnya. Bus kembar ini juga bermasalah dengan remnya. Sehingga saat ini remnya harus mengkanibal (mengambil suku cadang kendaraan lain yang sejenis) milik colt. Meski demikian bus kembar diakui sebagai kendaraan yang kuat dan jagoan, "Bus ini pernah saya bawa menyusuri Sungai Kalibogo, Purworejo," tutur Pak Bani. Saat ini bus kembar ini tetap sigap melayani kepentingan kita semua. Bravo Jagoan Kembar!!

Buku Tertua:
BARABUDUR III

        Buku yang masih disimpan di UPT I ini merupakan hasil karya T Van Erp, seorang ilmuwan Belanda yang meneliti tentang perkembangan candi dan bangunan kuno di Indonesia. Buku ini dicetak tahun 1931 di Hague, Belanda. Tebalnya 202 halaman (sekitar 8 cm) dengan jenis kertas manila. Covernya pun sudah tak jelas lagi warnanya, coklat atau kuning. Tapi gambar Sang Budha yang sedang bersemedi masih tampak jelas.
        Dalam buku ini banyak sekali tercantum gambar dan foto-foto Candi Borobudur yang disertai     perbandingan dengan candi-candi lain yang ada di Indonesia, misalnya Candi Muaratakus, Candi Pawon atau Candi Sewu. Layaknya buku tua, banyak halaman buku ini sudah lepas. Bahkan ujung-ujungnya sudah dimakan rayap. Kalau penasaran, anda bisa melihatnya di karpet merah ruang Referensi bagian selatan UPT I.

Dosen tertua di UGM
Prof.H.M.Soempono Djojowadono

        Pak Soempono dulu kuliah di ASP (Akademi Sosial Politik), yang menjadi cikal bakal Fakultas Sospol UGM yogyakarta ini. ASP yang berdiri tahun 1946 ini pada tahun 1949 dilebur ke dalam Fak HESP(hukum, ekonomi, sosial politik) UGM yang baru di dirikan pada tahun tersebut.Pada tahun 1955 Beliau merupakan lulusan pertama dari jurusan pemerintahan dalam negri dan lulusan ke tujuh dari Fak Sospol UGM ini.
        Bapak dari empat orang anak ini diminta mengajar di UGM oleh Prof Notonagoro. Sejak tahun kelulusanya itu ia menempati rumahnya di Bulaksumur A 11 hingga sekarang. Dalam usianya yang sudah 79 tahun ini ia masih tetap aktif dan berdedikasi untuk UGM. Harapannya sendiri adalah UGM harus tetap menjadi kampus yang dijadikan tempat belajar oleh seluruh rakyat Indonesia dari Sabang sampai Marauke. 

Rektor UGM tertua saat menjabat
Prof.Dr.M.Sardjito

        Beliau adalah Prof. Dr. M. Sardjito. Lahir di Desa Puwodadi, Kab.Magetan, Madiun. Beliau juga adalah orang pertama yang menjabat Rektor UGM. Namanya kemudian diabadikan menjadi nama Rumah Sakit Dr. Sardjito. Karier pendidikannya diawali dari Sekolah Rakyat Purwodadi dan Lumadjang, tahun 1895 -1901. Kemudian melanjutkan ke Sekolah Belanda di Lumadjang (1901-1907). Diteruskan kuliah di Sekolah Kedokteran STOVIA, Jakarta (1907). Ia lulus 1915 sebagai juara pertama. Setelah mendapat gelar dokter, Sardjito bekerja sebagai dokter rumah sakit di Jakarta hingga 1916.Gelar Doktornya ia peroleh di Universitas Leiden, Amsterdam-Belanda.
        Delapan hari setelah proklamasi kemerdekaan RI. Dr. Sardjito-ketika itu telah menyandang gelar Profesor-menerima perintah dari Menteri Kesehatan dr. Boentaran untuk mengambil alih Institut Pasteur Bandung dari tangan Jepang. Dan Dr. Sardjito sebagai pemimpinnya. Tahun 1948 Sardjito ditunjuk menjadi Ketua Dewan Penimbang Pengangkatan Guru Besar serta anggota Panitia Perguruan Tinggi.
        Menjelang didirikannya Universitas Negeri Gadjah Mada tahun 1949, Prof. Dr. Sardjito diundang ke Yogyakarta untuk terlibat dalam pembahasan. Ketika Universiteit Negeri Gadjah Mada benar-benar terwujud pada 19 Desember 1949. Prof. Dr. Sardjito mendapat kehormatan sebagai orang pertama yang memimpin universiteit tersebut dengan jabatan Presiden Universiteit. Ketika itu beliau berusia 60 th, dan menjabat Presiden selama 11 tahun.