log.gif (13574 bytes)
  Indeks  | Daftar Berita | Sapa Kami Pengelola

Asal Usul Bulaksumur

    Dalam sebuah pertemuan Pers Mahasiswa se-Indonesia, para pengurus Bulaksumur Pos (waktu itu masih Tabloid Bulaksumur) pernah mendapat pertanyaan, apakah arti kata Bulaksumur. Meski warga UGM, yang seharusnya sangat akrab dengan kata Bulaksumur, ternyata kami tidak bisa menjawabnya. Akhirnya, setelah kami tahu, kami akan membaginya dengan warga Bulaksumur lainnya.
Bulaksumur terdiri dari dua kata, "Bulak" dan "Sumur". Bulak adalah istilah bahasa Jawa, yang artinya jalan panjang yang terapit persawahan. Sedangkan sumur, artinya harfiah, yaitu sumber mata air . Jadi sederhananya, kata Bulaksumur berarti jalan panjang terapit sawah yang di dalamnya terdapat sumur.
    Pada jaman sebelum kemerdekaan, waktu itu Indonesia masih dijajah Belanda, sekitar tahun 1915, Bulak yang sekarang menjadi jalan Kaliurang penuh dengan tanaman tebu. Kebun-kebun tebu ini dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan pabrik gula di sebuah kampung (sekarang Muja-muju). Karena kebun itu luas, maka Belanda tidak ingin jika kebun tersebut sampai kekurangan air. Untuk itu, maka mereka membuat sumur. 
    Guna keperluan pembangunan sumur ini, Pak Kartoredjo -seseorang sesepuh yang pernah menjaga sumur itu- beserta tiga orang temannya mendapat kepercayaan untuk membuat sumur yang bergaris tengah 7,5 meter dengan kedalaman 11 meter. Sumur dilengkapi dengan pompa bertenaga motor bensin berkuatan sama dengan mesin mobil. Selesai dibuat, mantri Klongsir (mantri agraria) mengumpulkan lurah beserta penduduknya untuk meresmikan tempat tersebutnya. Penduduk yang diundang adalah penduduk kampung Ngaglik dan Tegalrejo. Ketika mantri klongsir meminta persetujuan tentang nama, Pak Hardjo Sentono, mengusulkan, "Ndoro, niki saene dinamaken mBulaksumur!" Semua pun setuju dengan usul Pak Hardjosentono. Dan nama itu digunakan sampai sekarang.

Alia