EDISI MAHASISWA BARU 2001

Nikmati Bersama Suasana Jogja...

Jogja menawarkan banyak macam Eksotisme. Tapi hati-hati! Jangan cuma termakan romantismenya saja.

Ritual Budaya
Belajar budaya Jawa belum lengkap tanpa menyaksikan berbagai ritual khas Jogja. Ritual khas yang sering dirayakan besar-besaran antara lain Grebeg Sekaten dan Labuhan. Grebeg dilakukan 3 kali setahun yaitu; Grebeg Besar pada Hari Raya Idul Adha, Grebeg Sawal pada hari Raya Idul Fitri dan Grebeg Maulud untuk memperingati hari Kelahiran Nabi Muhammad yang juga dimeriahkan dengan Sekaten tiap tanggal 5-11 bulan Maulud. Labuhan untuk memperingati hari lahir Raja Jogja, Sri Sultan Hamengku Buwono. Selain itu ada Sendaratari Ramayana di Candi Prambanan, Mubeng Benteng, Jamasan (pencucian pusaka kraton), nguras enceh di makam raja-raja Imogiri, Upacara Bekakak di Gamping, Tumplak Wajik (dua hari sebelum Grebeg) dan Saparan. Banyak khan?

Pasar
Selain Bringharjo dan Kranggan sebagai pasar utama, di Jogja ada pasar buku yang populer dengan sebutan Shopping Center. Ada juga pasar hewan di Kuncen. Pasar burung di Ngasem. Pasar sepeda di Terban. Kalau ingin cari barang bekas, ada pasar Klitikan yang dapat dijumpai di Pasar Bringharjo, Asem Gede, Jalan Diponegoro dan Jalan Mangkubumi pada malam hari. Ada pula Pasar Kembang, tapi jangan harap kamu temukan penjual kembang di sana.

Tugu
Namanya Golog-gilig, bangunan ini sejak dulu hingga sekarang selalu menjadi ancer-ancer untuk menuju suatu tempat di Jogja. Tugu pertama kali dibangun oleh Sri Sultan Hamengku Buwono I tahun 1756. Tanggal 10 Juni 1867 terjadi gempa akibat letusan Gunung Merapi dan meruntuhkan bangunan setinggi 25 meter ini. Tahun 1889, Pemerintah Belanda membangunnya kembali, namun cuma setinggi 15 meter dan melenceng dari bentuk aslinya dan memberi nama resmi tugu ini De Witte Paal.Tapi kini semua orang cukup menyebutnya Tugu Jogja.

Makanan Khas
Satu yang perlu dipersiapkan sebelum tiba di Jogja adalah membiasakan lidahmu dengan rasa manis. Hampir semua warung masakannya berasa manis, apalagi yang khusus menyuguhkan masakan Jogja seperti Gudeg. Bila kamu ingin mencicipi gudeg, tak perlu bingung mencarinya. Gudeg tersedia di pasar tradisional, penjaja keliling, warung sampai restoran. Selain gudeg, masih ada makanan khas berasa manis lainnya seperti tiwul, gatot, sawut klepon, getuk, bakpia, geplak, wingko babad dan yangko.

Tempat Wisata
Ada banyak tempat refreshing di Jogja. Wisata pantai, ada Parangtritis, Parangkusumo, Baron, Kukup, Krakal dan Glagah. Mau yang unik, ada Kraton, Taman Sari, Makam Raja Imogiri, Pura Pakualaman. Yang lain, Kaliurang, Prambanan, Borobudur dan kebun binatang Gembiraloka. Lebih baik bawa penganan sendiri. Selain lebih ngirit, makan di daerah wisata lebih menyenangkan. Kalau ingin beli makanan atau souvenir, jangan segan menawar 50% dari harga jualnya.

Malioboro
Sebutan lamanya adalah "Dari teteg sepur sampai stopan gantung". Malioboro menjadi saksi perjalanan aktivitas Wong Jogja. Dulu, pernah jadi ‘cafe terpanjang’. Orang bisa makan sambil menikmati orkestra jalanan, nongkrong wedangan sambil berdiskusi urusan asmara, kesenian sampai politik. Kini, Malioboro jadi pusat kegiatan ekonomi. Orang ke Malioboro kebanyakan hanya ingin belanja. Romantisme lesehan malam hari sering mendapat banyak keluhan dari orang yang kaget ketika disodori nota. Bagaimanapun, Malioboro masih jadi daya tarik Jogja.

Kotagede
Terkenal dengan sebutan kota perak karena sejak dulu banyak pengrajin perak. Menurut sejarah, kecamatan ini merupakan cikal bakal kota Jogja. Tahun 1577 Ki Ageng Pemanahan membangun istananya di sebuah lahan kosong wilayah Mataram hasil pemberian Sultan Pajang. Daerah itu kemudian dikenal dengan Pasargede atau Kotagede. Sampai sekarang peninggalan kemegahan bangunan kraton masih tersisa.

Aturan Kampung
Di sudut-sudut kampung di Jogja, kerap ditemui berbagai macam larangan ataupun peraturan lain. Umumnya peraturan berhubungan dengan jam malam, etika naik motor sampai aturan tamu menginap. Awas, jangan sekali-kali melanggar peraturan kampung. Karena demi ketentraman kampung, warga tidak segan-segan untuk menegur bahkan mengusir.

Ngejaman
Jangan percaya pada jam besar yang berdiri di depan Gedung Agung, di tengah pertigaan Ngupasan. Jam yang biasa disebut sebagai “Ngejaman” merupakan kado ulang tahun pemerintah Belanda untuk Yogyakarta. Dulu jam ini menggunakan pegas yang harus diputar berkala. Seiring kemajuan jaman, pegas diganti listrik. Karena listrik di Jogja sering padam, maka waktu yang ditunjukkan tak pernah sama dengan waktu sebenarnya.

Nonton Film
Jogja tinggal punya 4 buah bioskop. Kondisi ini sering dimanfaatkan mahasiswa untuk membuat bioskop kampus. Dengan tiket masuk antara Rp 1500 sampai Rp 2000, kamu bisa menikmati film terbaru lewat layar lebar. BPA Sospol, KPTU Teknik dan LAKFIP adalah tempat pemutaran film di lingkungan kampus. Pemutaran film sering juga digelar di Gedung Societet Militer, Lembaga Indonesia Perancis, PPG Kesenian serta gedung pertunjukan di kompleks ISI Jogja.