EDISI
MAHASISWA BARU 2001 |
Menjadi
Manajer di Jogja
Nggak
perlu bangun pagi tiap hari, nggak pake seragam dan upacara bendera,
bisa bolos tanpa dimarahi ortu, merasakan kebebasan jadi anak kos...boleh
gondrong lagi! Semua karena sekarang kita adalah mahasiswa, yang telah
dianggap dewasa dan bisa mengatur diri sendiri.
Benarkah kita telah dewasa? Ciri orang dewasa menurut psikolog Gordon
W. Allport, adalah existention of self, proyeksi masa depan, termasuk
harapan dan rencana-rencana untuk menggapainya, obyektifikasi diri, yaitu
kecakapan dalam memahami dan menjaga keharmonisan diri dan lingkungan
serta filsafat hidup, latar belakang dan dasar pengerjaan segala tindakan
dalam hidup.
Saat
ini kita sekarang sedang menjalani transformasi dari masa remaja menjadi
orang dewasa. Menjadi manusia seutuhnya yang berwenang dan bertanggung
jawab penuh atas dirinya. Pada masa ini terjadi banyak proses pematangan
diri, ada keinginan untuk menjadi unik dan berbeda dengan mengembangkan
kemampuan khusus kita. Ada proses identifikasi, mencari tahu pribadi seperti
apa yang kita inginkan. Kita mencoba membentuk eksistensi diri.
Memenej Diri Sendiri
Di tiap perusahaan kita mengenal "manajer" yang mengatur, mengendalikan
dan melakukan koordinasi setiap elemen dalam perusahaan tersebut. Diri
kita bisa dianalogikan sebagai sebuah perusahaan sekaligus menjadi manajernya.
Kita sendiri yang mengendalikan ke arah mana dan apa tujuan hidup kita.
Setidaknya proses ini secara riil bermula ketika kita menjadi mahasiswa,
meski kemampuan memenej masih terbatas pada hal-hal kecil.
Pengembangan
diri sebagai seorang manajer akan lebih nyata bagi mahasiswa yang hidup
di tempat kos daripada mereka yang masih tinggal bersama orang tuanya.
Bagaimana tidak? Di tempat kos, kita benar-benar mengatur diri sendiri,
mulai dari mencari makan, menjaga kesehatan, melindungi diri, menyelesaikan
tugas kuliah, membersihkan kamar, mencuci pakaian, berteman dan bepergian,
semuanya menjadi tanggung jawab kita sendiri.
Menjadi anak kos juga akrab dengan masalah-masalah, seperti kiriman uang
dari ortu yang telat datang, berantem dengan teman, dijutekin ibu
kos, capek karena harus mencuci dan menyetrika sendiri, ongkos bis yang
terus naik, harus makan irit tiap akhir bulan, dan setumpuk masalah lainnya.
Menjadi manajer bagi diri sendiri berarti menjadi decision maker, membuat
keputusan-keputusan penting dengan akibat yang akan kita rasakan sendiri.
Hidup adalah sebuah pilihan. Kita berhak untuk memilih menjadi orang yang
rapi, peduli terhadap lingkungan atau menjadi orang yang amburadul, cuek
dan seenaknya sendiri. Tentu saja perlu diingat konsekuensi dari pilihan-pilihan
tersebut. Di tempat kos, tidak akan ada yang peduli apabila kamar kita
berantakan, tak ada yang peduli kita mau bangun siang. Di sini lah kemampuan
manajerial kita diuji. Bagaimana kita membuat pilihan yang cerdas yang
tidak menyebabkan hidup kita terpuruk.
Pentingnya
Adaptasi
Mengingat kehidupan sebagai mahasiswa berbeda dengan kehidupan sebelumnya,
kemampuan kita untuk beradaptasi adalah hal yang sangat vital. Apalagi
untuk mahasiswa yang berasal dari luar Jogja. Kota Jogja merupakan kota
yang unik, yang bisa dikatakan Indonesia mini. Mahasiswa UGM banyak yang
berasal dari seluruh nusantara. Untuk berinteraksi dengan mereka, kita
harus paham dengan segala kebiasaan dan kebudayaannya. Kalau tidak ada
usaha untuk saling menyesuaikan diri, fleksibel, tenggang rasa dan easy
going, akan terjadi konflik dengan teman dan lingkungan sekitar hingga
kita tidak akan kerasan dengan "hidup baru" ini.
Masyarakat
Jogja sendiri mempunyai budaya yang khas. Mereka adalah masyarakat yang
sopan, berperilaku halus dan kadang sering 'ewuhpakewuh' (semacam perasaan
segan untuk mengatakan yang sebenarnya agar tidak menyakiti orang lain).
Untuk berinteraksi dengan masyarakat, tetangga kita di tempat kos memang
perlu memahami prinsip apa yang berlaku dalam masyarakat. Tapi yang penting,
kita harus memegang prinsip universal seperti sopan santun, tenggang rasa
dan menghormati orang yang lebih tua. Jangan lupa untuk menaati peraturan-peraturan
di kampung.
Marina
|